Senin, 20 Juni 2011

Ustadz “Jamaah oh Jamaah”


Dengan intonasi dan gerakan khas, Ustadz M Nur Maulana (37) menyapa jemaahnya di acara Islam Itu Indah (Trans TV) dengan “Jamaah oh jamaah”. Panggilan yang tengah populer dan identik dengan ustadz asal Makassar ini. Anak-anak hingga remaja gemar menirukan ucapannya.

Ada juga yang memanggilnya Ustadz “Jamaah oh Jamaah”. Namun gaya ceramahnya yang khas, ringan, dan selalu diselingi senda gurau ini membuat Nur Maulana ini dihujani berbagai kritik di jejaring sosial. Cara ceramah Nur Maulana dianggap lebay, kurang berwibawa dan maaf, kemayu.

Saat membaca semua kritik itu, Nur Maulana menangis karena banyak yang memojokkannya. “Saya sampai menangis. Gaya ceramah saya memang seperti itu. Bahkan sejak kali pertama ceramah saat kelas 1 SMP, gaya saya sudah seperti itu. Tidak ada yang dibuatbuat, seperti itulah karakter saya. Itu semua juga tidak ada kaitannya dengan strategi saya dalam berceramah, saya ini memang suka bercanda,” ucap Nur Maulana.
Kritik itu dijadikan cambuk oleh ayah yang kini tengah menanti kelahiran anak keduanya. Namun banyak juga yang memuji cara ceramah Nur Maulana, yang dianggap telah membawa warna baru dalam dunia ceramah. Meski ringan dan diselingi lelucon, materi ceramah Nur Maulana berbobot. Bahkan banyak yang memuji pengetahuan agamanya yang luas.

Trans TV tidak mempermasalahkan gaya ceramah Nur Maulana. Malah dianggap bisa menciptakan suasana santai dan tidak monoton.

“Selama ini, penceramah di Indonesia terkesan kaku, monoton, dan menggurui. Kami ingin memberikan sesuatu yang berbeda dalam berdakwah. Lewat acara Islam Itu Indah kami menyuguhkan sesuatu yang baru, ringan, dan segar di dalam dunia dakwah. Kritik yang menganggap Ustadz Nur Maulana lebay itu berlebihan. Bertahun-tahun mengajar anak TK, SD, SMP telah membentuk karakter Ustadz Nur Maulana seperti itu. Saya menilai, Ustaz Nur Maulana itu bukan lebay tapi childish,” urai Sunka Da Ferry, produser Islam Itu Indah.

Strategi Trans TV berbuah manis. Cara Nur Maulana berdakwah menjadi daya tarik. Hasilnya, Islam Itu Indah beroleh rating cukup bagus dengan share 22 tertinggi untuk acara sejenis.

Popularitas Nur Maulana pun melambung tinggi. Jadwal ceramah ayah Munawaroh (2) ini pun sudah penuh hingga Januari 2012.

“Kritik perlahan-lahan berubah menjadi pujian. Pernah ada ibu-ibu yang berterima kasih karena anaknya yang remaja mau mendalami agama Islam setelah menonton Islam Itu Indah. Itu semua bukan karena saya, tapi karena Allah SWT. Islam itu memang indah,” ucap Nur Maulana.

Ustadz Muhammad Nur Maulana Sejak tiga tahun terakhir ini mengaku jadwal dakwahnya makin padat. Sehari, ia kadang menghadiri empat undangan untuk berdakwah di lokasi berbeda. Tidak hanya di masjid, ia juga biasa memberi dakwah di rumah-rumah warga, sekolah, hingga di kantor-kantor pemerintah dan swasta.

Mereka yang mengundangnya pun tak hanya berasal dari Makassar, Gowa, dan Maros. Tapi juga banyak yang datang dari daerah-daerah yang jauh dari Makassar semisal, Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah dan Kendari di Sulawesi Tenggara.

"Bahkan beberapa kali saya menghadiri undangan untuk berdakwah di Kalimantan seperti di Samarinda, Tarakan, dan Balikpapan. Biasa juga diundang ke Kaimena di Irian Barat. Umumnya yang mengundang dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan yang ada di daerah tersebut," tuturnya.
Dalam memenuhi undangan, ayah Munawar ini mengaku tak pernah pilih-pilih. "Prinsip saya, siapa undangannya yang lebih dulu tiba dan saya catat, maka itulah yang saya prioritaskan lebih awal menghadirinya," tuturnya sembari memperlihatkan buku diari yang digunakannya mencatat jadwalnya untuk dakwah, sebuah buku saku yang terlihat sudah lusuh dan telah buram. Nur Maulana menceritakan, ia mulai berdakwa sejak usia 14 tahun saat masih duduk di SMP DDI Galesong Beru, Makassar. Aktivitas berdakwahnya pun makin terasah saat menjadi santri di Pondok Pesantren An Nahdah (setingkat SMA), Makassar.

"Di pesantren inilah saya banyak belajar dengan pimpinan pondok pesantren, KH Muhammad Harizah. Di pesantren ini pula saya mendapat jodoh yang kini menjadi istri saya," ujar pria yang menikahi Nur Aliah pada 8 Agustus 2008 lalu ini. Selain pelajaran dari pesantren, Nur Maulana mengaku banyak belajar tentang Islam melalui buku-buku Islam, media massa, dan beragam literatur lainnya.Sedangkan humor-humor yang kerap diselipkan di sela-sela dakwahnya, diperolehnya dari membaca koran, majalah, dan televisi.


22 komentar:

  1. ustad maulana, mending daftar di opera van java aja. kebanyakan ngelawak, kalau ceramah gak pernah bicara hadist.

    BalasHapus
  2. ustz.. yg menirukan gaya LGBT.. haduhh ngomngnya lebay.. rusak nma ustz yg laen.. ga ky kh. zaenudin dan kyai kyai laen

    BalasHapus
    Balasan
    1. setiap org punya gaya ceramah msing masing, ga bisa dsamain pak. Klo sama, ntr malah dtuduh nyama nyamain org.. klo bapak suruh hidup pake gaya Komeng mau ..???? Knp Komeng. krena Komeng jg dsukain bnyak org .. Paham..??

      Hapus
    2. Koreksi diri anda sendiri mbak apa sudah benar? Suci? Mudah sekali mulit kao bicara. Ustad maulana kan berdakwah menyampaikan ajaran² islam malah kao kata²in seperti itu. Laknatullah

      Hapus
  3. Buat abang abang hanya bisa berkomentar,kenapa yg punya blog ga di caci maki sekalian, namanya blog nya saja udh gak pantas. dasar manusia hanya bisa berkomentar yg buruk saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, toh semua terhibur dan terserap dari ceramahnya.. Katanya anda anda ini Ustad tp masih Jelek jelekin Org , apa pantas seperti itu.. Mending Diam, dan Berkaryalah ..

      Hapus
  4. yang punya blok ini lebih asu lagi plus babi taik....

    BalasHapus
  5. jgn mencela, mungkin dengan gaya gitu, bisa membuat anak anak sampai remaja mau dengarin ceramah,

    BalasHapus
  6. Ora usah podo padu,wong yo tinggal nonton
    ae kok repot...

    BalasHapus
  7. Liat aja dia yg naik d mimbar itu, kelakuannya udh gk bener, ada ya ceramah pecicilan, udh itu gk pernah pake dalil klo crmah, logika smua, mlah kadang nyambung ��

    BalasHapus
  8. bagi saya..cramah yg ia sampaikan sangat membosankan...ga ada tambahan ilmu ..apalagi gayanya yg pecicilan...ga usah ditambahai warna2 baru lah....coba bandingkan dgn buya yahya..ust.adi hidayat..ust.basalamah..ust.abdul somad..sangat cerdas sekali...mereka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang anda sebutkan rta2 kuliah di timur tengah di banding ustad youtube ya jauh bro

      Hapus
  9. bagi saya..cramah yg ia sampaikan sangat membosankan...ga ada tambahan ilmu ..apalagi gayanya yg pecicilan...ga usah ditambahai warna2 baru lah....coba bandingkan dgn buya yahya..ust.adi hidayat..ust.basalamah..ust.abdul somad..sangat cerdas sekali...mereka

    BalasHapus
  10. Gitu aja kok repot......sich...biarin aja ustad punya gaya itu jak dia.selagi gak mlanggar norma2 islam.biarin aja to..gak suka ya gak usah liat /dengar ceramahnya.semangat ustad.maulana..jangan gubris mulur2 .nyinyir...biasa tu orang iri bertanda tak mampu.

    BalasHapus
  11. Ustad juga manusia ...kalo ada kekurangan/klebihan itu wajar2 saja.mnurut gue gak masalah ..semangat pak ustad maulana...ini ujian...hadapi dngan senyuman gak usah nangis segala

    BalasHapus
  12. Mnangislah saat gak ada yg ngundang pak ustad...selagi laris...knapa mesti galau....santai ustad maulana...

    BalasHapus
  13. ngasih ceramah sambil ngelawak mah suruh sule aja pake baju koko sambil ceramah.
    tapi ngasih pelajaran yang BENAR yang ga gampang.
    setiap omongan akan dipertanggung jawabkan. apalagi omongan tanpa dalil/hadist yang disampaikan kepada anak cucu yang nonton. Naudzubillah.
    acaranya juga kaya di gereja pake musik2 segala, ustadz2nya gatau dalil2 musik. kalau masih didebatin ya dihindarin ke.

    BalasHapus
  14. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  15. Sebenarnya yang paling brengsek itu adalah yang punya blog ini, coba kalian fikirkan apa arti dari nama blog ini ?

    BalasHapus
  16. Ijin report ya..., saya ikhlas kok

    BalasHapus
  17. ceramah nya enk d dgr ,sma seperti ustadz lain nya smga ustadz2 kt d beri kshatan n bs mnyampaikan dakwah

    BalasHapus
  18. Semoga Ustadz Maulana menjadikan kritik dan segala cacian sebagai hal yang dapat membuatnya jauh lebih baik. Aamiin.

    BalasHapus